Tokoh Semar Dalam Pewayangan Jawa
Sosok dan Peranan Para Dewa dan Dewi dalam sejarah peradaban dunia tentunya sudah kita ketahui sangat besar keterlibatannya dan bahkan seringkali sangatlah menentukan hasil akhir dari berbagai pentas sejarah serta peristiwa peristiwa mitologis di berbagai negeri di seluruh dunia.
Nah pembaca yang budiman, sekarang bagaimanakah dengan berbagai pendapat tentang kisah dan peranan para Dewa Dewi dan maupun sejarah tentang asal usul para Dewa Dewi tersebut menurut literatur asli bangsa Indonesia sendiri?
Adakah bukti dan riwayat sejarah yang bisa dijadikan sebagai sebua pijakan sejarah atas kisah kisah mitologis dan juga riwayat masa lampau di Indonesia?
Ya, tentu saja ada, bangsa kita adalah bangsa yang sangat besar dan juga sangat berpengaruh pada zaman dahulu, banyak sekali peristiwa besar dan berpengaruh bagi Dunia yang terjadi di negeri kita.
Jadi karena itulah kebudayaan nenek moyang kita sangat mengakar kuat dalam kehidupan masyarakat Bangsa Indonesia.
Dalam artikel kali ini penulis ingin mengutipkan kembali kisah kisah sejarah dan mitologi mengenai asal mula para Dewa yang beredar di kalangan penduduk nusantara.
Dan oleh karena penulis hanya familiar dengan sejarah mitologi dan pewayangan Jawa dan agar bisa lebih spesifik maka pada artikel ini penulis hanya akan mengutip sejarah asal mula para Dewa menurut versi masyarakat Jawa saja, sekalipun secara garis besar sebenarnya akan sama saja dan memang akan terdapat banyak kemiripan alur kisah dan nama tokoh tokohnya dengan mitologi versi rakyat Sunda, Bima, Jambi, Dayak dan juga versi Batak karena kita semua bangsa Indonesia sejak dahulunya adalah bersaudara.
Dahulu kita satu benua, sekarang tetap satu wilayah negara, tapi yang jelas nenek moyang kita dahulunya adalah sama saja, jadi jangan heran bila banyak legenda dan mitos yang mirip kisahnya satu sama lain. hehe..
Sebagai bagian dari warisan budaya leluhur yang telah turun temurun dijaga dan diyakini oleh nenek moyang bangsa kita, alangkah baiknya bila kita juga tetap menjaga dan melestarikan nilai nilai luhur serta pencapaian kebudayaan nenek moyang kita tersebut.
Baiklah langsung saja kita simak bersama mengenai kisah lahirnya para dewa versi masyarakat Jawa dan Sunda kuno yang diambil dari Silsilah Raja Raja Sunda dalam Babad Cirebon, serta Serat Paramayoga yang merupakan karya sejarah sekaligus kitab sastra berbahasa Jawa dari Ranggawarsito, Sang Pujangga Kenamaan Kerajaan Singhosari untuk menuliskan silsilah dan kisah leluhur Kerajaan Singhosari atas titah langsung dari Prabu Jayabaya sendiri.
Dikisahkan bahwa Nabi Adam as dan Siti Hawa adalah sebagai satu satunya pasangan ras Manusia pertama yang ada di bumi, Mereka berdua memiliki sekitar 40 pasang anak, dan salah satunya adalah Sang Hyang Sita alias Nabi Syits.
Nabi Syits as sangat di cintai oleh Nabi Adam as dan secara khusus beliau didik dengan berbagai pengetahuan dan ilmu agama yang lebih mendalam di bandingkan saudara saudarinya yang lain.
Hal tersebut dikarenakan Nabi Adam As mengetahui bahwa Nabi Syits adalah orang yang akan terpilih dan akan ditakdirkan oleh Yang Maha Kuasa sebagai penerus keNabian beliau dan sekaligus sebagai (Imam) pemimpin para keturunannya di bumi.
Rahasia langit mengenai penerus jabatan bergengsi sebagai Khalifatullah fil Ardhi (Penguasa Mayapada) tersebut juga diketahui oleh Ngidajil (arab : Azazil alias Iblis) sehingga ngidajil begitu berhasrat agar Nabi Syits dapat dinikahkan dengan putrinya yang bernama Dewi Delajah, dengan harapan agar kemuliaan dan kehormatan tersebut dapat direbut dari keturunan Nabi Adam as dan diteruskan oleh anak cucu ngidajil.
Sayangnya Nabi Syits as dikemudian hari dinikahkan dengan Dewi Mulat (Banyak yang berpendapat bahwa dewi mulat adalah bidadari surga yang ditugaskan turun ke bumi untuk menjadi pendamping Nabi Syits as)
Tidak kekurangan akal, pada suatu malam Dewi mulat diculik oleh Ngidajil dan digantikan dengan Dewi Delajah putri Ngidajil, dan setelah Nabi Syits menitipkan benihnya dalam rahim Dewi Delajah pada malam yang gelap itu, maka Dewi mulat pun cepat cepat dikembalikan lagi ke sisi Nabi Syits agar strateginya ini tidak ketahuan.
Ketika telah tiba waktunya, Dewi Delajah melahirkan bayi tidak sempurna yang hanya berwujud darah yang berkilauan, melihat ini ngidajil segera mengambil darah berkilauan itu dan membawanya ke kediaman Nabi Syits yang kala itu Dewi mulat sedang dalam proses persalinan juga.
Sesosok bayi yang sangat tampan pun lahir dari rahim dewi mulat, dan setelahnya lahir pula kembarannya yang hanya berupa cahaya gemerlapan, melihat itu Ngidajil pun segera menyatukan Cahaya itu dengan Darah berkilauan yang dibawanya sehingga mewujudlah darinya sesosok bayi manusia yang juga memiliki paras yang sangat tampan, hal tersebut dilakukan secara ghaib dan sangat cepat sehingga Nabi Syits dan Dewi Mulat tidak mengetahuinya.
Nabi Syits kemudian memberikan nama si kakak dengan nama Anwas dan si adik dengan nama Anwar.
Kedua saudara kembar itupun dirawat dan dibesarkanlah oleh Sang Ayah dan Ibunya dengan penuh kasih sayang dan pendidikan yang intensif, mereka tidak tahu bahwa salah satu putra mereka adalah keturunan Ngidajil.
Hanya Nabi Adam as yang mengetahui hakikat sebenarnya tentang Syaikh Anwar karena beliau adalah seorang Nabi yang atas ijin yang Maha Kuasa, beliau dapat mengetahui segala rahasia yang tersembunyi bagi kebanyakan makhluk.
Namun Nabi Adam as tidaklah membeda-bedakan Syaikh Anwar dengan cucu beliau yang lain, ia juga disayangi dan diperlakukan sama sebagaimana cucu cucu lainnya oleh Sang Kakek.
Selain Syaikh Anwas dan Syaikh Anwar memiliki paras yang sempurna, ternyata keduanya memiliki otak yang cemerlang, hanya saja terdapat perbedaan yang agak mencolok pada sifat, perilaku dan minat belajar kedua saudara kembar tersebut.
Ketika mereka telah mulai dewasa, Nabi Adam as kakek mereka itu, telah berusia tua dan kemudian meninggal.
Itu adalah pertama kalinya kedua saudara itu melihat seorang manusia meninggal. Nabi syits menjelaskan kepada segenap anak anaknya bahwa kematian adalah suatu hal yang wajar bagi semua makhluk yang bernyawa, tidak terkecuali juga dengan manusia, manusia juga bisa terserang penyakit, menjadi tua dan lemah, kemudian mengalami sekarat dan kemudian mati.
Penjelasan Nabi Syits tersebut menenangkan hati anak anaknya, namun pemandangan itu sungguh adalah hal yang sangat menakutkan sekali bagi Syaikh Anwar. Dia sangat cemas dan gelisah, terbayang dalam benaknya suatu hari nanti dirinya pasti akan mengalami hal yang sama, menjadi tua, terserang penyakit, mengalami sekarat dan kemudian mati.
Syaikh Anwar tidak bisa menerima takdir semacam itu, ia pun memprotes takdir Tuhan itu melalui NabiNya, yakni Nabi Syits yang tidak lain adalah ayahnya sendiri itu, segala Nasehat dan petuah Nabi syits benar benar tidak ia hiraukan, malahan Syaikh Anwar bertekad untuk mencari cara agar ia tidak mengalami hal hal menakutkan itu.
Pada akhirnya ia pun memutuskan untuk meninggalkan Ayah Bundanya agar bisa pergi bekeliling dunia demi menguak berbagai rahasia kehidupan dan dapat meloloskan diri dari penyakit, sekarat, derita masa tua dan juga kematian.
Walau tidak tahu hendak pergi kemana, Syaikh Anwar terus berjalan menyusuri dunia, hingga pada suatu tempat ia pun melihat suatu cahaya terang bak rembulan purnama berada dekat sekali dengan tanah, hal ini tentunya membuat syaikh anwar heran sekapigus penasaran untuk mendekat.
Syaikh Anwar kemudian memasuki cahaya bulat tersebut, disana ia tiba tiba dapat melihat seluruh isi alam semesta, di sekelilingnya juga terhampar suatu taman yang sangat indah, sungguh suasana yang damai, sejuk dan nyaman apabila berada dalam cahaya itu.
Tiba tiba saja muncullah seseorang yang mengaku bernama ngidajil, ia kemudian menjelaskan cahaya terang itu berasal dari sebuah permata sakti miliknya yang bernama ratna dumilah, dalam terpaan cahayanya seseorang akan dapat hidup abadi, awet muda dan tidak akan terserang penyakit.
Tentu saja syaikh anwar sangat gembira mendengar hal itu, namun untuk mendapatkannya ngidajil memberikan syarat agar Syaikh Anwar juga membantunya agar cahaya ratna dumilah ini dapat ia hamparkan ke seluruh mayapada, sehingga akan banyak makhluk yang akan mendapatkan manfaat dari ratna dumilah miliknya sebagaimana yang ngidajil selalu cita citakan.
Lalu diambillah Ratna dumilah oleh ngidajil, setelah itu ia kemudian memberikan kekuatan dan berbagai kesaktian yang luar biasa kepada Syaikh anwar.
Syaikh Anwar juga dibawa oleh ngidajil menuju awan ajaib untuk mendapatkan tirta kamandanu, yakni air kehidupan yang membuat seorang bayi bisa langsung dewasa seketika, membuat awet muda dan dapat hidup abadi.
Air ajaib itu ditampung dalam sebuah cawan ajaib bernama cupu manik astagina, cawan ajaib inilah yang membuat air ajaib tirta kamadanu tersebut tidak akan habis sekalipun terus menerus di ambil.
Syaikh Anwar juga diberikan keilmuan rahasia untuk meramu tanaman obat tertentu agar bangsa raksasa, jin dan manusia kebal terhadap berbagai penyakit seumur hidupnya bila terus mengkonsumsinya.
Ngidajil memberikan petunjuk kepada Syaikh Anwar untuk pergi ke arah timur dan melakukan semedhi atau tapa brata di sebuah pulau bernama pulau dewani hingga seseorang dari bangsa jin membangunkannya. (pulau itu sekarang telah terpecah menjadi pulau sumatera jawa dan bali)
Tidak ada pilihan lain, syaikh Anwar yang sangat menginginkan kehidupan abadi yang damai dan tentram tersebut kemudian pergi ke arah timur, di jalan ia sering dihadang oleh para raksasa dan makhluk halus namun ternyata mereka bukanlah tandingan Syaikh Anwar karena setelah digembleng oleh Ngidajil, beliau tentunya telah menjelma menjadi sosok manusia yang sangat sakti mandraguna.
Pada akhirnya Syaikh Anwar melakukan semadhi di sebuah gua diatas sebuah gunung di pulau dewani yang sangat angker itu. bertahun tahun Syaikh Anwar bersemadhi sehingga jasad wadagnya telah berubah menjadi jasad halus yang bercahaya terang namun tidak menyilaukan.
Sementara itu, di tempat lain, Dalam Istana Kerajaan yang juga masih berada dalam pulau Dewani itu, sedang diadakanlah sebuah rapat darurat antara Sang Raja dengan para punggawanya, mereka tengah membicarakan mengenai pageblug / wabah penyakit yang sedang menyerang para penduduk Kerajaan Jin itu.
Berbagai cara telah dilakukan namun hasilnya masih saja nihil, penduduk semakin sengsara dan banyak sekali yang tewas akibat wabah penyakit yang ganas dan tidak dapat ditanggulangi itu.
Rapat akhirnya ditutup sekalipun belum menemukan jalan keluar yang memuaskan, maka tinggallah kini sang Raja Prabu Nurradi dengan permaisurinya, serta sang putri semata wayang mereka, Dewi Nurrini.
Dalam pertemuan para anggota keluarga kerajaan itu, dewi nurrini menceritakan kepada sang Ayah, tentang mimpinya bertemu dengan secercah cahaya terang tetapi tidak menyilaukan mata bagaikan cahaya rembulan, setelah didekatinya ternyata cahaya terang nan lembut itu berasal dari tubuh sesosok manusia yang sangat tampan.
Prabu Nurradi menafsirkan bahwa Cahaya lembut seperti Rembulan yang didatangi sang putri semata wayangnya itu adalah pertanda kemuliaan dan kejayaan bagi kerajaannya, dan kalau begitu maka hanya sang manusia itulah yang kiranya akan dapat memberikan kejayasn sekaligus mengatasi berbagai masalah pelik dalam kerajaannya saat ini.
Maka di utuslah sang Maha Patih untuk segera mencari dan membawa pulang sosok manusia itu.
Berhari hari sang patih pun berkeliling dan menyusuri ke setiap dan ke seluruh wilayah kerajaan Dewani, hingga suatu hari sang patih melihat seberkas cahaya yang sangat terang di tengah gulita malam dari sebuah hutan diatas gunung, maka terbanglah sang patih itu dalam sekejab ke arah cahaya tegak lurus di tengah hutan gelap itu.
Setelah dekat dengan cahaya itu, dilihatnya sesosok manusia tengah bertapa di dalam gua, dengan penuh kesopanan Sang patih meminta manusia pertapa itu untuk menghentikan semadhinya.
"Maaf kisanak, Siapakah tuan ini sebenarnya dan kenapakah kisanak bertapa di wilayah suatu kerajaan tanpa meminta ijin kepada penguasa wilayah ini"
Mendengar hal itu sang pertapa yang tidak lain adalah syaikh anwar tersebut akhirnya terbangun dari semadhinya dan kemudian momohon maaf atas kelancangannya, ia benar benar tidak mengetahui bahwa wilayah ini ada penguasanya.
Sembari bercakap cakap, sang patih memperhatikan manusia yang tengah berada dihadapannya tersebut, dan ia yakin sang pertapa ini memang benar benar memancarkan cahaya lembut dan tidak menyilaukan dari tubuhnya. maka yakinlah sekarang bahwa pertapa ini adalah orang yang sedang sang patih cari cari.
"Kisanak harus ikut saya ke istana, dan memohon maaf sendiri kepada baginda prabu nurradi selaku penguasa kerajaan dewani" ujar sang patih mencoba bersiasat agar sang pertapa mau mengikutinya menghadap sang Prabu.
Syaikh Anwar pun tiada keberatan, maka dibawalah syaikh anwar oleh sang patih dengan sekejab mata menuju ke istana kerajaan.
Setelah mengenalkan diri, bersopan santun dan memohon maaf kepada Sang Raja, maka tibalah saatnya Sang Prabu Nurradi hendak memberikan pengampunan kepada syaikh anwar dengan syarat asalkan ia mampu menghilangkan wabah penyakit ganas yang sedang melanda negerinya.
Syaikh Anwar pun menyanggupi, lalu dengan mengerahkan kesaktiannya, maka alam waktu singkat akhirnya pagebluk / wabah penyakit tersebut dapat dihilangkan dari pulau dewani, rakyat yang sedang sekarat berangsur angsur membaik, dan negeri itu kembali sehat dan makmur seperti sedia kala.
Tiada terkira sukacitanya Sang prabu Nurradi dan seluruh rakyat di negeri itu.
Syaikh Anwar pada akhirnya tidak hanya diampuni dari hukumannya, Sang Prabu bahkan menikahkan Syaikh Anwar dengan putri semata wayangnya Dewi Nurrini yang sangat cantik jelita.
Singkat cerita, Sang Prabu Nurradi pun mangkat dan digantikan oleh Syaikh Anwar menantunya tersebut.
Dari pernikahannya dengan dewi nurrini, syaikh anwar berputra Sang hyang Nurrasa, yang kelak memiliki putra bernama Sang Hyang Wenang yang kemudian berputra Sang Hyang Tunggal (Sang Hyang Padawenang).
Dan telah diketahui oleh khalayak terutama masyarakat jawa sendiri baik melalui cerita lisan para pemuka adat, kisah pewayangan maupun maupun kitab kitab sejarah jawa kuno bahwa Sang Hyang Tunggal adalah Ayah dari Sang Hyang Antaga (Togog), Sang Hyang Ismaya (Semar) dan Sang Hyang Manikmaya (Bathara Guru).
Bathara Guru itulah yang kelak menjadi Rajanya para dewa di seluruh Mayapada, ia juga sekaligus menjadi leluhur para raja di kahyangan, bangsa jin, Bangsa Siluman, Bangsa raksasa, dan juga Bangsa manusia.
Bathara guru (Dewa Siwa) beserta anak anaknya (Bathara Sambu, Bathara Brahma, Bathara Indra, Bathara Bayu, Bathara Wisnu, Bathara Kala dan Ganesha) ini diantaranya telah beberapa kali menjelma menjadi para pendeta untuk mengajarkan berbagai aturan hidup untuk mencapai kesempurnaan serta kebijaksanaan.
Dan di lain waktu mereka juga menjelma menjadi Raja Raja untuk mendirikan berbagai kerajaan di berbagai wilayah Dunia, termasuk di Bumi Nusantara.
Ketika Turun ke dunia manusia itulah sebagian besar keturunan mereka dilahirkan, dan otomatis dari pernikahan beda alam tersebut akan lahir berbagai manusia mutan yang sangat sakti mandraguna seperti para pandhawa dan kurawa, serta keturunannya yang terkenal sangat kuat dan sakti seperti Adipati Karna, GathotKaca, Bambang Wisanggeni, Anoman Dll.
Jadi inilah alasannya kenapa para Raja baik di negeri timur maupun di barat dianggap sebagai keturunan para dewa.
Dari penjabaran tentang Sejarah dan Silsilah para Dewa tersebut dapat dikatakan bahwa Para Dewa Adalah "Manusia Mutan" yang memiliki keistimewaan dan pengetahuan mengenai berbagai ilmu rahasia alam semesta.
Asal mereka adalah sama juga dengan kita yakni Keturunan Nabi Adam as, yang kemudian beranak pinak melalui berbagai jalur ras penghuni dunia yang lain seperti Bangsa Raksasa, bangsa Jin, Genderuwo, Bangsa Siluman dll. sehingga mereka mewarisi berbagai sifat unggul dan pengetahuan dari setiap ras itu dan menguasai berbagai ilmu pengetahuan dan teknologi dari berbagai lapisan alam di seluruh Dunia.
Sosok dan Peranan Para Dewa dan Dewi dalam sejarah peradaban dunia tentunya sudah kita ketahui sangat besar keterlibatannya dan bahkan seringkali sangatlah menentukan hasil akhir dari berbagai pentas sejarah serta peristiwa peristiwa mitologis di berbagai negeri di seluruh dunia.
Tokoh Semar Dalam Pewayangan Jawa |
Adakah bukti dan riwayat sejarah yang bisa dijadikan sebagai sebua pijakan sejarah atas kisah kisah mitologis dan juga riwayat masa lampau di Indonesia?
Ya, tentu saja ada, bangsa kita adalah bangsa yang sangat besar dan juga sangat berpengaruh pada zaman dahulu, banyak sekali peristiwa besar dan berpengaruh bagi Dunia yang terjadi di negeri kita.
Jadi karena itulah kebudayaan nenek moyang kita sangat mengakar kuat dalam kehidupan masyarakat Bangsa Indonesia.
Dalam artikel kali ini penulis ingin mengutipkan kembali kisah kisah sejarah dan mitologi mengenai asal mula para Dewa yang beredar di kalangan penduduk nusantara.
Dan oleh karena penulis hanya familiar dengan sejarah mitologi dan pewayangan Jawa dan agar bisa lebih spesifik maka pada artikel ini penulis hanya akan mengutip sejarah asal mula para Dewa menurut versi masyarakat Jawa saja, sekalipun secara garis besar sebenarnya akan sama saja dan memang akan terdapat banyak kemiripan alur kisah dan nama tokoh tokohnya dengan mitologi versi rakyat Sunda, Bima, Jambi, Dayak dan juga versi Batak karena kita semua bangsa Indonesia sejak dahulunya adalah bersaudara.
Dahulu kita satu benua, sekarang tetap satu wilayah negara, tapi yang jelas nenek moyang kita dahulunya adalah sama saja, jadi jangan heran bila banyak legenda dan mitos yang mirip kisahnya satu sama lain. hehe..
Sebagai bagian dari warisan budaya leluhur yang telah turun temurun dijaga dan diyakini oleh nenek moyang bangsa kita, alangkah baiknya bila kita juga tetap menjaga dan melestarikan nilai nilai luhur serta pencapaian kebudayaan nenek moyang kita tersebut.
Dikisahkan bahwa Nabi Adam as dan Siti Hawa adalah sebagai satu satunya pasangan ras Manusia pertama yang ada di bumi, Mereka berdua memiliki sekitar 40 pasang anak, dan salah satunya adalah Sang Hyang Sita alias Nabi Syits.
Nabi Syits as sangat di cintai oleh Nabi Adam as dan secara khusus beliau didik dengan berbagai pengetahuan dan ilmu agama yang lebih mendalam di bandingkan saudara saudarinya yang lain.
Hal tersebut dikarenakan Nabi Adam As mengetahui bahwa Nabi Syits adalah orang yang akan terpilih dan akan ditakdirkan oleh Yang Maha Kuasa sebagai penerus keNabian beliau dan sekaligus sebagai (Imam) pemimpin para keturunannya di bumi.
Rahasia langit mengenai penerus jabatan bergengsi sebagai Khalifatullah fil Ardhi (Penguasa Mayapada) tersebut juga diketahui oleh Ngidajil (arab : Azazil alias Iblis) sehingga ngidajil begitu berhasrat agar Nabi Syits dapat dinikahkan dengan putrinya yang bernama Dewi Delajah, dengan harapan agar kemuliaan dan kehormatan tersebut dapat direbut dari keturunan Nabi Adam as dan diteruskan oleh anak cucu ngidajil.
Sayangnya Nabi Syits as dikemudian hari dinikahkan dengan Dewi Mulat (Banyak yang berpendapat bahwa dewi mulat adalah bidadari surga yang ditugaskan turun ke bumi untuk menjadi pendamping Nabi Syits as)
Tidak kekurangan akal, pada suatu malam Dewi mulat diculik oleh Ngidajil dan digantikan dengan Dewi Delajah putri Ngidajil, dan setelah Nabi Syits menitipkan benihnya dalam rahim Dewi Delajah pada malam yang gelap itu, maka Dewi mulat pun cepat cepat dikembalikan lagi ke sisi Nabi Syits agar strateginya ini tidak ketahuan.
Ketika telah tiba waktunya, Dewi Delajah melahirkan bayi tidak sempurna yang hanya berwujud darah yang berkilauan, melihat ini ngidajil segera mengambil darah berkilauan itu dan membawanya ke kediaman Nabi Syits yang kala itu Dewi mulat sedang dalam proses persalinan juga.
Sesosok bayi yang sangat tampan pun lahir dari rahim dewi mulat, dan setelahnya lahir pula kembarannya yang hanya berupa cahaya gemerlapan, melihat itu Ngidajil pun segera menyatukan Cahaya itu dengan Darah berkilauan yang dibawanya sehingga mewujudlah darinya sesosok bayi manusia yang juga memiliki paras yang sangat tampan, hal tersebut dilakukan secara ghaib dan sangat cepat sehingga Nabi Syits dan Dewi Mulat tidak mengetahuinya.
Nabi Syits kemudian memberikan nama si kakak dengan nama Anwas dan si adik dengan nama Anwar.
Kedua saudara kembar itupun dirawat dan dibesarkanlah oleh Sang Ayah dan Ibunya dengan penuh kasih sayang dan pendidikan yang intensif, mereka tidak tahu bahwa salah satu putra mereka adalah keturunan Ngidajil.
Hanya Nabi Adam as yang mengetahui hakikat sebenarnya tentang Syaikh Anwar karena beliau adalah seorang Nabi yang atas ijin yang Maha Kuasa, beliau dapat mengetahui segala rahasia yang tersembunyi bagi kebanyakan makhluk.
Namun Nabi Adam as tidaklah membeda-bedakan Syaikh Anwar dengan cucu beliau yang lain, ia juga disayangi dan diperlakukan sama sebagaimana cucu cucu lainnya oleh Sang Kakek.
Selain Syaikh Anwas dan Syaikh Anwar memiliki paras yang sempurna, ternyata keduanya memiliki otak yang cemerlang, hanya saja terdapat perbedaan yang agak mencolok pada sifat, perilaku dan minat belajar kedua saudara kembar tersebut.
Ketika mereka telah mulai dewasa, Nabi Adam as kakek mereka itu, telah berusia tua dan kemudian meninggal.
Itu adalah pertama kalinya kedua saudara itu melihat seorang manusia meninggal. Nabi syits menjelaskan kepada segenap anak anaknya bahwa kematian adalah suatu hal yang wajar bagi semua makhluk yang bernyawa, tidak terkecuali juga dengan manusia, manusia juga bisa terserang penyakit, menjadi tua dan lemah, kemudian mengalami sekarat dan kemudian mati.
Penjelasan Nabi Syits tersebut menenangkan hati anak anaknya, namun pemandangan itu sungguh adalah hal yang sangat menakutkan sekali bagi Syaikh Anwar. Dia sangat cemas dan gelisah, terbayang dalam benaknya suatu hari nanti dirinya pasti akan mengalami hal yang sama, menjadi tua, terserang penyakit, mengalami sekarat dan kemudian mati.
Syaikh Anwar tidak bisa menerima takdir semacam itu, ia pun memprotes takdir Tuhan itu melalui NabiNya, yakni Nabi Syits yang tidak lain adalah ayahnya sendiri itu, segala Nasehat dan petuah Nabi syits benar benar tidak ia hiraukan, malahan Syaikh Anwar bertekad untuk mencari cara agar ia tidak mengalami hal hal menakutkan itu.
Pada akhirnya ia pun memutuskan untuk meninggalkan Ayah Bundanya agar bisa pergi bekeliling dunia demi menguak berbagai rahasia kehidupan dan dapat meloloskan diri dari penyakit, sekarat, derita masa tua dan juga kematian.
Walau tidak tahu hendak pergi kemana, Syaikh Anwar terus berjalan menyusuri dunia, hingga pada suatu tempat ia pun melihat suatu cahaya terang bak rembulan purnama berada dekat sekali dengan tanah, hal ini tentunya membuat syaikh anwar heran sekapigus penasaran untuk mendekat.
Syaikh Anwar kemudian memasuki cahaya bulat tersebut, disana ia tiba tiba dapat melihat seluruh isi alam semesta, di sekelilingnya juga terhampar suatu taman yang sangat indah, sungguh suasana yang damai, sejuk dan nyaman apabila berada dalam cahaya itu.
Tiba tiba saja muncullah seseorang yang mengaku bernama ngidajil, ia kemudian menjelaskan cahaya terang itu berasal dari sebuah permata sakti miliknya yang bernama ratna dumilah, dalam terpaan cahayanya seseorang akan dapat hidup abadi, awet muda dan tidak akan terserang penyakit.
Tentu saja syaikh anwar sangat gembira mendengar hal itu, namun untuk mendapatkannya ngidajil memberikan syarat agar Syaikh Anwar juga membantunya agar cahaya ratna dumilah ini dapat ia hamparkan ke seluruh mayapada, sehingga akan banyak makhluk yang akan mendapatkan manfaat dari ratna dumilah miliknya sebagaimana yang ngidajil selalu cita citakan.
Lalu diambillah Ratna dumilah oleh ngidajil, setelah itu ia kemudian memberikan kekuatan dan berbagai kesaktian yang luar biasa kepada Syaikh anwar.
Syaikh Anwar juga dibawa oleh ngidajil menuju awan ajaib untuk mendapatkan tirta kamandanu, yakni air kehidupan yang membuat seorang bayi bisa langsung dewasa seketika, membuat awet muda dan dapat hidup abadi.
Air ajaib itu ditampung dalam sebuah cawan ajaib bernama cupu manik astagina, cawan ajaib inilah yang membuat air ajaib tirta kamadanu tersebut tidak akan habis sekalipun terus menerus di ambil.
Syaikh Anwar juga diberikan keilmuan rahasia untuk meramu tanaman obat tertentu agar bangsa raksasa, jin dan manusia kebal terhadap berbagai penyakit seumur hidupnya bila terus mengkonsumsinya.
Ngidajil memberikan petunjuk kepada Syaikh Anwar untuk pergi ke arah timur dan melakukan semedhi atau tapa brata di sebuah pulau bernama pulau dewani hingga seseorang dari bangsa jin membangunkannya. (pulau itu sekarang telah terpecah menjadi pulau sumatera jawa dan bali)
Tidak ada pilihan lain, syaikh Anwar yang sangat menginginkan kehidupan abadi yang damai dan tentram tersebut kemudian pergi ke arah timur, di jalan ia sering dihadang oleh para raksasa dan makhluk halus namun ternyata mereka bukanlah tandingan Syaikh Anwar karena setelah digembleng oleh Ngidajil, beliau tentunya telah menjelma menjadi sosok manusia yang sangat sakti mandraguna.
Pada akhirnya Syaikh Anwar melakukan semadhi di sebuah gua diatas sebuah gunung di pulau dewani yang sangat angker itu. bertahun tahun Syaikh Anwar bersemadhi sehingga jasad wadagnya telah berubah menjadi jasad halus yang bercahaya terang namun tidak menyilaukan.
Sementara itu, di tempat lain, Dalam Istana Kerajaan yang juga masih berada dalam pulau Dewani itu, sedang diadakanlah sebuah rapat darurat antara Sang Raja dengan para punggawanya, mereka tengah membicarakan mengenai pageblug / wabah penyakit yang sedang menyerang para penduduk Kerajaan Jin itu.
Berbagai cara telah dilakukan namun hasilnya masih saja nihil, penduduk semakin sengsara dan banyak sekali yang tewas akibat wabah penyakit yang ganas dan tidak dapat ditanggulangi itu.
Rapat akhirnya ditutup sekalipun belum menemukan jalan keluar yang memuaskan, maka tinggallah kini sang Raja Prabu Nurradi dengan permaisurinya, serta sang putri semata wayang mereka, Dewi Nurrini.
Dalam pertemuan para anggota keluarga kerajaan itu, dewi nurrini menceritakan kepada sang Ayah, tentang mimpinya bertemu dengan secercah cahaya terang tetapi tidak menyilaukan mata bagaikan cahaya rembulan, setelah didekatinya ternyata cahaya terang nan lembut itu berasal dari tubuh sesosok manusia yang sangat tampan.
Prabu Nurradi menafsirkan bahwa Cahaya lembut seperti Rembulan yang didatangi sang putri semata wayangnya itu adalah pertanda kemuliaan dan kejayaan bagi kerajaannya, dan kalau begitu maka hanya sang manusia itulah yang kiranya akan dapat memberikan kejayasn sekaligus mengatasi berbagai masalah pelik dalam kerajaannya saat ini.
Maka di utuslah sang Maha Patih untuk segera mencari dan membawa pulang sosok manusia itu.
Berhari hari sang patih pun berkeliling dan menyusuri ke setiap dan ke seluruh wilayah kerajaan Dewani, hingga suatu hari sang patih melihat seberkas cahaya yang sangat terang di tengah gulita malam dari sebuah hutan diatas gunung, maka terbanglah sang patih itu dalam sekejab ke arah cahaya tegak lurus di tengah hutan gelap itu.
Setelah dekat dengan cahaya itu, dilihatnya sesosok manusia tengah bertapa di dalam gua, dengan penuh kesopanan Sang patih meminta manusia pertapa itu untuk menghentikan semadhinya.
"Maaf kisanak, Siapakah tuan ini sebenarnya dan kenapakah kisanak bertapa di wilayah suatu kerajaan tanpa meminta ijin kepada penguasa wilayah ini"
Mendengar hal itu sang pertapa yang tidak lain adalah syaikh anwar tersebut akhirnya terbangun dari semadhinya dan kemudian momohon maaf atas kelancangannya, ia benar benar tidak mengetahui bahwa wilayah ini ada penguasanya.
Sembari bercakap cakap, sang patih memperhatikan manusia yang tengah berada dihadapannya tersebut, dan ia yakin sang pertapa ini memang benar benar memancarkan cahaya lembut dan tidak menyilaukan dari tubuhnya. maka yakinlah sekarang bahwa pertapa ini adalah orang yang sedang sang patih cari cari.
"Kisanak harus ikut saya ke istana, dan memohon maaf sendiri kepada baginda prabu nurradi selaku penguasa kerajaan dewani" ujar sang patih mencoba bersiasat agar sang pertapa mau mengikutinya menghadap sang Prabu.
Syaikh Anwar pun tiada keberatan, maka dibawalah syaikh anwar oleh sang patih dengan sekejab mata menuju ke istana kerajaan.
Setelah mengenalkan diri, bersopan santun dan memohon maaf kepada Sang Raja, maka tibalah saatnya Sang Prabu Nurradi hendak memberikan pengampunan kepada syaikh anwar dengan syarat asalkan ia mampu menghilangkan wabah penyakit ganas yang sedang melanda negerinya.
Syaikh Anwar pun menyanggupi, lalu dengan mengerahkan kesaktiannya, maka alam waktu singkat akhirnya pagebluk / wabah penyakit tersebut dapat dihilangkan dari pulau dewani, rakyat yang sedang sekarat berangsur angsur membaik, dan negeri itu kembali sehat dan makmur seperti sedia kala.
Tiada terkira sukacitanya Sang prabu Nurradi dan seluruh rakyat di negeri itu.
Syaikh Anwar pada akhirnya tidak hanya diampuni dari hukumannya, Sang Prabu bahkan menikahkan Syaikh Anwar dengan putri semata wayangnya Dewi Nurrini yang sangat cantik jelita.
Singkat cerita, Sang Prabu Nurradi pun mangkat dan digantikan oleh Syaikh Anwar menantunya tersebut.
Setelah menjadi Raja, Syaikh Anwar bergelar Sang Hyang Nurcahya.
Dari pernikahannya dengan dewi nurrini, syaikh anwar berputra Sang hyang Nurrasa, yang kelak memiliki putra bernama Sang Hyang Wenang yang kemudian berputra Sang Hyang Tunggal (Sang Hyang Padawenang).
Dan telah diketahui oleh khalayak terutama masyarakat jawa sendiri baik melalui cerita lisan para pemuka adat, kisah pewayangan maupun maupun kitab kitab sejarah jawa kuno bahwa Sang Hyang Tunggal adalah Ayah dari Sang Hyang Antaga (Togog), Sang Hyang Ismaya (Semar) dan Sang Hyang Manikmaya (Bathara Guru).
Bathara Guru itulah yang kelak menjadi Rajanya para dewa di seluruh Mayapada, ia juga sekaligus menjadi leluhur para raja di kahyangan, bangsa jin, Bangsa Siluman, Bangsa raksasa, dan juga Bangsa manusia.
Silsilah Keturunan Sang Hyang Nurrasa hingga anak2 Bathara Guru |
Dan di lain waktu mereka juga menjelma menjadi Raja Raja untuk mendirikan berbagai kerajaan di berbagai wilayah Dunia, termasuk di Bumi Nusantara.
Ketika Turun ke dunia manusia itulah sebagian besar keturunan mereka dilahirkan, dan otomatis dari pernikahan beda alam tersebut akan lahir berbagai manusia mutan yang sangat sakti mandraguna seperti para pandhawa dan kurawa, serta keturunannya yang terkenal sangat kuat dan sakti seperti Adipati Karna, GathotKaca, Bambang Wisanggeni, Anoman Dll.
Jadi inilah alasannya kenapa para Raja baik di negeri timur maupun di barat dianggap sebagai keturunan para dewa.
Dari penjabaran tentang Sejarah dan Silsilah para Dewa tersebut dapat dikatakan bahwa Para Dewa Adalah "Manusia Mutan" yang memiliki keistimewaan dan pengetahuan mengenai berbagai ilmu rahasia alam semesta.
Asal mereka adalah sama juga dengan kita yakni Keturunan Nabi Adam as, yang kemudian beranak pinak melalui berbagai jalur ras penghuni dunia yang lain seperti Bangsa Raksasa, bangsa Jin, Genderuwo, Bangsa Siluman dll. sehingga mereka mewarisi berbagai sifat unggul dan pengetahuan dari setiap ras itu dan menguasai berbagai ilmu pengetahuan dan teknologi dari berbagai lapisan alam di seluruh Dunia.