Wednesday, November 14, 2018
10 cara bijak mengatasi kesombongan
10 cara bijak mengatasi kesombongan
Baru-baru ini seorang teman bertanya bagaimana cara mengatasi sikap kesombongan dalam diri kita. Aku hadirkan renungan ini dan semoga memberi sesuatu bermakna bagi kita semua karena bagaimanapun setiap orang anda dan saya pernah bersikap sombong.
1. Sadarilah bahwa keberhasilan; jabatan atau pekerjaan, harta atau materi bukanlah merupakan hasil dari perjuanganmu semata. Itu juga merupakan peran dari orang lain yang mendukungmu baik lewat doa, bantuan maupun cara yang lain.
2. Berkaitan dengan itu juga sadarilah bahwa Allah “mengutus” orang lain untuk membantu kesuksesanmu dalam hidup. Maka jangan juga lalaikan peran dan campur tangan Allah di dalam hidupmu.
3. Tujuan utama hidup bukanlah mau mencari harta namun mencari kebahagiaan. Karena itu harta tidak akan selalu memberi kebahagiaan bahkan justru sebaliknya membuatmu semakin tinggi hati. Kebahagiaan sejati terletak dalam relasi akrab dengan Allah.
4. Sadarilah bahwa hidup itu bagaikan roda berputar yang berarti tidak selamanya kamu akan menikmati kegembiraan namun juga pada suatu saat kamu akan mengalami sesuatu yang pahit. Karena itu saat kamu dalam singgasana kebahagiaan jangan melupakan orang lain atau jangan meninggalkan mereka.
5. Belajarlah dari ilmu padi yang semakin berisi semakin menunduk (rendah hati). Belajarlah dari kepribadian Yesus yang senantiasa bersikap rendah hati. Ia mengatakan, “Siapa yang meninggikan diri akan direndahkan dan yang merendahkan diri akan ditinggikan. (Lukas 14:11)
6. Kesombongan adalah racun dalam kehidupan bersama sedangkan kerendahan hati adalah madu. Karena itu kamu tidak akan bisa hidup seorang diri melainkan tetap membutuhkan orang lain.
7. Hayatilah imanmu yang mengajakmu senantiasa menghargai ciptaan lain bahkan sekalian mahkluk harus dihargai karena itu juga merupakan ciptaan Allah.
8. Pandanglah sejenak “ke atas.” Itu bisa menjadi renungan untukmu bahwa masih ada “sesuatu” di atasmu. Pasti juga masih ada orang yang lebih hebat darimu karena itu sadarilah kondisi itu.
9. Kesombongan bisa saja menjadikanmu lupa diri dan lupa sejarah hidupmu. Merenunglah sejenak bagaimana kamu bejuang dan mengalami pahit getirnya hidup. Ini akan mengajakmu peduli dengan orang lain.
10. Berdoalah mohon kerendahan hati. Tanpa bantuan Allah dan peran Roh Kudus kamu tidak akan mampu mengatasi kesombongan itu.
Doa
Ya Bapa yang penuh cinta. Syukur atas hari yang baru yang Engkau anugerahkan kepada kami. Semoga kami mampu mengisi hari ini sesuai dengan kehendak-Mu. Dan bimbinglah kami senantiasa agar bersikap rendah hati dalam perkataan dan perbuatan. Dengan demikian kami sungguh menjadi saudara bagi sesama. Demi Kristus Tuhan kami. Amen.
Source : fb Yos'Ivo Ofmcap Yosin
10 Persiapan Praktis Mengikuti Perayaan Ekaristi
INSPIRASI HARI INI (~10 Persiapan Praktis Mengikuti Perayaan Ekaristi~)
Dalam injil (Mat 5:20-26) di katakan, “Maka Aku berkata kepadamu: Jika hidup keagamaanmu tidak lebih benar dari pada hidup keagamaan ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, sesungguhnya kamu tidak akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga. Intinya beragama bukanlah soal pengetahuan, labelitas dan peraturan tetapi penghayatan. Saat ini banyak orang hanya KTP saja (Katolik/Kristen Tanpa Penghayatan). Beberapa umat tidak mempersiapkan hati dengan baik, misalnya membiarkan dirinya dikuasai kemarahan, sakit hati dan tidak segar. Pada saat misa juga asyik mengkotak katik HP. Kita harus merefleksi diri apakah juga sudah memberi diri dan hati demi kesuksesan sebuah perayaan Ekaristi itu? Apakah kamu juga sudah mempersiapkan diri? Apakah kita sungguh mempersiapkan diri untuk menyambut santapan rohani, Tubuh Kristus? Di sini saya men-share beberapa hal yang perlu anda tahu ketika mau ke Gereja dan mau merayakan Ekaristi.
1. Persiapan diri
Anda serius mempersiapkan diri secara fisik. Mandi tentu anda tidak pernah lupa. Memakai pakaian bagus dan necis. Tetapi apakah anda pernah mempersiapkan batin dan hatimu menyambut momen khusus itu, khususnya anda membuka hati akan kedatangan Yesus lewat hosti kudus? Bahkan beberapa di antara kita mungkin tetap memelihara kemarahan, kebencian dan balas dendam saat kamu melangkah masuk ke perjamuan-Nya. Atau juga kadang beberapa keluarga masih sempat bertengkar sebelum berangkat. Bersihkanlah hati dan tenangkan batinmu juga.
2. Rumah Tuhan beda dengan bioskop, mall atau tempat umum lainnya
Saya yakin kamu tahu perbedan dari hal yang saya sebutkan di atas namun kadang dari sikap, kita membuatnya sama saja. Setiakah kamu membuat tanda salib seraya mencelupkan tanganmu ke tempat air kudus yang biasanya tersedia? Apakah kamu berlutut atau menunduk sebagai sikap hormat akan Yesus yang hadir dalam Tabernakel? Dan apakah anda berdoa sejenak sebelum mulai acara perjamuan? Dan bagaima cara jalan, sikap berdiri dan sikap tanganmu saat melangkah ke bangku dan juga selama perayaan?
3. Berpakaianlah dengan layak dan pantas
Ini berkaitan dengan nomor satu di atas namun tentang pakaian ini harus diberi penegasan dan penekanan karena kadang ada di antara umat kurang berpakaian secara pantas dan layak ke Gereja. Ini barangkali dipengaruhi pemikiran bahwa setelah dari Gereja akan pergi ke tempat lain untuk pesta, santai, pertemuan umum sehingga pakaian yang dipakai bukan pakaian yang pantas untuk ke Gereja tetapi untuk ke pesta atau acara sosial lainnya. Lebih baik memakai pakaian yang maksimalis dan harga hemat daripada pakaian minimalis tetapi harganya mahal. Ke gereja bukanlah mau menunjukkan pakaian atau penampilan tetapi “hatimu.” Gereja bukanlah tempat untuk pertunjukkan tetapi tetap tempat rohani untuk memuji, memuliakan dan meluhurkan Allah.
4. Bacalah Kitab Suci
Orang katolik wajib membaca Kitab Suci karena itu jangan simpan Kitab Sucimu begitu lama sehingga sampai kamu tidak tahu di mana lagi Kitab Suci tersimpan. Atau Kitab Sucimu tetap baru karena terus tersimpan dan tidak pernah dibuka dan dibaca. Supaya kamu lebih gampang mengerti isi dan pesan kotbah maka bacalah sebelum kamu pergi ke Gereja. Ada umat Kitab Sucinya baru terus sepanjang masa.
5. Memelihara keheningan dalam kebersamaan
Benar bahwa kamu perlu memelihara relasi pribadi dengan Tuhan dan ini adalah salah satu tujuanmu pergi ke Gereja. Namun perlu diingat bahwa kamu adalah bagian dari umat lain dan Gereja adalah kumpulan orang percaya yang beribadat kepada-Nya. Maka jagalah keheningan dalam kebersamaan. Mungkin orang yang berada di belakangmu sedang berdoa dan hargailah itu. Jangan kamu asyik berbicara satu sama lain dengan teman dan orang lain.
6. Kitab Suci versus Gadget (Blackberry, HP, Ipad, Samsung, android, dst.)
Dulu umat setia membawa Kitab Suci ke Gereja tetapi sekarang umat rasanya lebih tergerak membawa HP/gadget. Sekarang kadang buku lagu pun sudah mulai tertinggal dan digantikan dengan HP/Gadget dst. Kalau kita lupa membawa HP ke Gereja kita akan merasa ada yang kurang dan harus kembali ke rumah mengambilnya padahal Perayaan Ibadat Ekaristi sudah mulai. Kecanggihan tehknologi memang bisa memperlancar pekerjaan kita termasuk Perayaan Ekaristi. Namun apakah anda siap menerima era tekhnologi ini? Atau dengan kata lain semoga anda tidak tergoda untuk asyik memegang alat canggih itu saat yang tidak perlu. Anda asyik ber-BBM ria saat kotbah dst. Keluhan; Imam mengangkat tubuh dan darah Kristus waktu Misa (Doa Syukur Agung) diambil fotonya, orang membaca bacaan dst diambil juga fotonya? Paus Fransiskus mengkritik semua kita dalam hal ini.
7. Berpartisipasi
Dalam liturgi Perayaan Ekaristi ada bagian khusus di mana anda lebih diharapkan partisipasi hati dan namun ada bagian lain dimana dituntut aktif secara verbal khususnya dialog dan lagu-lagu. Maka semangatlah menunjukkan partisipasimu karena bernyanyi lagu rohani (Gereja) dengan baik dan tulus sama dengan dua kali berdoa sebagaimana orang latin katakan bene cantat bis orat.
8. Memberi dengan tulus
Salah satu partisipasi lain yang diharapkan darimu ialah menunjang dan mendukung program gereja supaya berjalan sesuai dengan yang diharapkan sehingga palayanan umat tetap terlaksana dengan baik. Berilah sumbangan atau kolektemu dengan tulus ikhlas dan jangan dibarengi dengan gerutuan dan sungut-sungut. Berilah sesuai dengan kemampuanmu dan kamu tidak pernah dipaksa.
9. Kesatuan hati dengan umat lain
Benar kamu tidak saling mengenal dengan kebanyakan umat lain karena berasal dari tempat yang berbeda. Namun ketidak saling pengenalan itu bukanlah halangan untuk menciptakan kesatuan hati satu sama lain. Kalau kamu menyadari bahwa kamu dan orang lain memuji dan menyembah Allah yang sama, menerima Yesus yang sama lewat hosti kudus maka kamu akan menganggap orang lain sebagai keluarga kristenmu, sahabat kasihmu. Kamu dipersatukan dalam perayaan, satu iman, satu doa, dan satu sakramen maka hendaklah kamu saling menghargai dan setia saling berbagi damai.
10. Kehadiran yang sempurna
Berusahalah datang pada waktunya dan pulang pada waktunya. Jangan datang terlambat dan pulang sebelum waktunya. Kehadiran yang sempurna di sini ialah hadirlah sebelum mulai Perayaan Ekaristi dan pulanglah selesai berkat dan lagi penutup. Ingat sahabatku hanya satu setengah jam saja kamu berada di rumah Tuhanmu maka buatlah itu secara maksimal dan berkualitas. Kalau di tempat lain kamu bisa berjam-jam.
Yos'Ivo Ofmcap Yosin
Tugas Manusia adalah Memanusiakan Manusia
Demikian ujar Multatuli. Bahwa tugas manusia yang hidup itu adalah untuk memanusiakan manusia!
Melihat Indonesia kini, kita telah jauh dari semangat awal kita berdiri dan mendeklarasikan diri sebagai sebuah bangsa yang berdaulat dan menjunjung tinggi kemanusiaan. Kita lebih banyak disibukkan membenci daripada mencintai. Tak ada lagi ruang untuk berbagi cinta, yang ada hanya saling menebarkan benci.
Lantas apa yang kita harapkan dari itu semua? Buat apalagi kita mendaulat diri sebagai sebuah bangsa beradab jika yang ada hanya kebencian? Bukankah bangsa ini merdeka karena cinta yang sama kepada kemanusiaan tanpa memandang suku, agama, ras, dan warna kulitnya?
Kita melihat realitas sosial masyarakat kita hari ini sungguh jauh dari semangat toleransi, apalagi memanusiakan manusia. Kita lebih banyak disuguhkan oleh sikap saling membenci dan menghakimi hanya karena perbedaan keyakinan atau pendapat.
Memang tak ada yang salah dari membela keyakinan/kepercayaan. Tapi pantaskah dilakukan dengan cara mencela keyakinan/kepercayaan orang lain sampai membenci dan menghakimi keyakinan orang yang tak sepaham dengan kita? Rasa-rasanya semua ajaran keyakinan dan agama tak mengajarkan itu. Karena dasar moralitaslah semua agama dan keyakinan disebarkan.
Semua agama dan keyakinan mendasarkan ajarannya kepada moralitas, dan alasan moralitaslah semua perbuatan manusia dilakukan. Seperti perkataan Mahatma Gandhi dalam buku Semua Manusia Bersaudara, moralitas adalah dasar dari segalanya, dan kebenaran adalah hakikat dari moralitas.[1]
Maka selayaknyalah kita menjunjung tinggi kemanusiaan dengan menerapkan nilai moralitas dalam bertingkah laku di masyarakat. Tentunya mesti mulai dari dalam pikiran, seperti perkataan bung Pramoedya Ananta Toer dalam tetralogi buru, Bumi Manusia, seorang terpelajar harus juga belajar berlaku adil sudah sejak dalam pikiran, apalagi dalam perbuatan.[2] Dasar moralitas ini adalah menentang segala bentuk ketidakadilan, kekerasan, dan segala bentuk rasisme, kejahatan kepada manusia dan kemanusiaan.
Lantas ke mana rasa moralitas kita melihat begitu banyaknya kasus pelanggaran kemanusiaan yang terjadi di sekitar kita? Hampir setiap hari kita disuguhkan oleh pelecehan bahkan kekerasan kemanusiaan. Baik itu berupa rasisme, intimidasi, bahkan kekerasan fisik, semua begitu sering dipertontonkan di tengah-tengah kita tanpa ada rasa berbelas kasih sekalipun. Bahkan lebih banyak tak peduli. Dan yang paling miris malah menyalahkan para korban.
Inilah ironi yang terjadi di tengah-tengah masyarakat kita yang ‘beradab’ dan menjunjung tinggi ‘moralitas’ yang entah ‘moralitas’ itu benar-benar ajaran kepercayaan/agama mereka.
Jika benar kita merasa manusia beradab dan menjunjung tinggi moralitas, semestinya kita akan mengecam keras segala tindak kekerasan dan kejahatan terhadap kemanusiaan, apa pun bentuknya! Karena kejahatan terhadap kemanusiaan adalah kejahatan kepada semua manusia atau yang merasa masih manusia.
Manusia dan kemanusiaan adalah hal yang sangat penting untuk dipahami makna dan peranannya dalam kehidupan. Manusia belum tentu bisa menjadi manusia ‘seutuhnya’ tanpa memahami kemanusiaannya. Kemanusiaanlah yang memahamkan kita tentang moralitas, dan moralitaslah yang menjadi dasar kita hidup dalam bermasyarakat.
Mari kita mulai kembali menjadi saudara dalam kemanusiaan jika tak bisa dalam satu keyakinan/agama. Bukankah setiap keyakinan/agama yang kita anut mengajarkan kita cinta kepada setiap makhluk di muka bumi? Bukankah kita manusia sama-sama tercipta karena cinta Sang Pencipta dan kasih Tuhan? Lantas kenapa kita tak melakukan hal yang sama kepada sesama kita, makhluk yang diciptakan?
Manusia adalah dia yang menebarkan cinta kasih kepada sesamanya
Manusia adalah dia yang menolak ketidakadilan
Manusia adalah dia yang melawan segala bentuk kezaliman
Manusia adalah dia yang melawan setiap tindak kejahatan
Manusia adalah dia yang memanusiakan manusia
Manusia adalah dia yang menolak ketidakadilan
Manusia adalah dia yang melawan segala bentuk kezaliman
Manusia adalah dia yang melawan setiap tindak kejahatan
Manusia adalah dia yang memanusiakan manusia
[1] Mahatma Gandhi, Semua Manusia Bersaudara, Yayasan Pustaka Obor Indonesia, Jakarta, 2016, hlm.9.
[2] Pramoedya Ananta Toer, Bumi Manusia, Lentera Dipantara, Jakarta Timur, 2018, hlm.77.