Dale Carnegie
Dale Carnegie adalah seorang motivator dan pembicara terbesar abad ke-20 ini. 9 gaya kepemimpinan yang akan dipaparkan berikut ini dikutip dari buku How to Win Friend and Influence People.
Prinsip kepemimpinan Dale Carnegie ini bersifat praktis dan lebih mengarah pada hubungan atasan dengan bawahan. Bagaimana seorang pimpinan bisa mempengaruhi, memotivasi dan mengarahkan bawahannya dengan efektif dan efisien.
Menjadi pemimpin tidaklah mudah! Namun bukan berarti mustahil untuk dilakukan. Mari kita lihat 9 prinsip kepemimpinan yang diwariskan Dale Carnegie untuk dapat kita terapkan dalam bisnis kita.
9 Gaya Kepemimpinan Dale Carnegie
Berikut ini 9 prinsip kepemimpinan dari Dale Carnegie yang dapat kita pelajari agar kita menjadi pemimpin yang hebat.
#1 KALAU ANDA HARUS MENCARI KESALAHAN, Mulailah Dengan Pujian dan Penghargaan yang Jujur
Akan selalu lebih mudah untuk mendengar perihal tidak menyenangkan setelah kita mendengar sedikit pujian untuk hal-hal baik dalam diri kita.
Tukang cukur mencuci rambut seorang pria sebelum dia mencukurnya, demikianlah yang harus kita lakukan ketika menemukan sesuatu yang salah. Cerita tentang W.P. Gaw dari perusahaan Wark, Philadelphia di bawah ini mungkin mengajarkan nilai ini.
Perusahaan Wark telah dikontrak untuk membangun dan menyelesaikan sebuah gedung kantor yang besar di Philadelphia pada tanggal tertentu yang sudah diberikan. Segalanya berjalan dengan lancar.
Gedung itu sudah hampir selesai namun tiba-tiba subkontraktor yang membuat pekerjaan perunggu untuk hiasan di bagian luar gedung tersebut menyatakan bahwa dia tidak bisa mengantarnya tepat waktu.
Hal ini dapat menyebabkan penyelesaian keseluruhan gedung bisa terhambat! Denda yang berat, kerugian yang sungguh menekan dan semuanya karena satu orang! Kemudian Gaw pergi ke New York untuk mengunjungi subkontraktor yang membuat pekerjaan perunggu.
Saat bertemu dengan pemilik subkontraktor itu, Gaw memujinya mengenai sistem fabrikasinya, dan menanyakan kepadanya bagaimana dan mengapa sistemnya kelihatan superior dibandingkan dengan para pesaingnya.
Sang pemilik subkontraktor meluangkan waktu cukup lama untuk memperlihatkan kepada Gaw bagaimana mesin-mesin itu beroperasi. Dia mendesak mengundang tamunya itu untuk makan siang. Sejauh ini, tak sepatah kata pun yang telah diucapkan tentang tujuan sebenarnya dari kunjungan Gaw tersebut.
Sesudah makan siang, subkontraktor tadi berkata, “Sekarang, kembali ke bisnis. Sudah sewajarnya, saya tahu mengapa Anda berada di sini. Saya tidak mengira bahwa pertemuan kita bisa jadi begitu menyenangkan. Anda bisa kembali ke Philadelphia dengan janji saya bahwa material Anda akan diproses dan segera dikirim, bahkan bisa jadi pesanan lainnya harus ditunda.”
Gaw mendapatkan segala yang dia inginkan, bahkan tanpa memintanya. Material itu tiba tepat pada waktunya, dan gedung itu selesai pada hari yang telah ditentukan dalam kontrak.
Akankah hal itu bisa terjadi kalau Gaw tidak menggunakan cara dari prinsip pertama ini?
#2 MENGKRITIK NAMUN TIDAK DIBENCI, Beritahu Kesalahan Orang Lain Dengan Cara Tidak Langsung
Dalam kepemimpinan Dale Carnegie, dia memulai kritiknya dengan pujian yang sopan, kemudian diikuti oleh kata ”tetapi”, kemudian mengakhirinya dengan satu pernyataan kritik.
Bagi mereka yang mendengarnya, pujian tadi tampaknya hanya sebagai pendahulu untuk kritik dan merupakan pujian yang tidak tulus atau jujur. Kabar baiknya, hal ini dapat dengan mudah diatasi, yaitu dengan mengganti kata “tetapi” dengan kata “dan.”
Memberi perhatian secara tidak langsung pada kesalahan seseorang merupakan strategi yang sangat ampuh dalam menghadapi orang-orang yang sensitif, yang bisa saja menjadi sangat marah terhadap kritik langsung apapun juga.
Cerita Marge Jacob dari Rhode Island tentang bagaimana dia meyakinkan beberapa pekerja konstruksi yang malas untuk membersihkan sisa pekerjaannya ketika mereka mengerjakan bangunan tambahan untuk rumahnya membuktikan keberhasilan prinsip kepemimpinan ini.
Suatu hari Nyonya Jacob beserta anak-anaknya memunguti sampah sisa potongan kayu para pekerja bangunan di halaman rumahnya.
Esok paginya dia memanggil seorang mandor ke samping, dan berkata, “Saya sungguh senang dengan cara bagaimana halaman depan ditinggalkan seusai kerja tadi malam; kelihatan rapi dan bersih, tidak menganggu para tetangga.’
Sejak hari itu dan selanjutnya, para pekerja mengumpulkan dan menumpuk sisa-sia potongan kayu ke satu sudut, dan si mandor datang setiap hari memeriksa kondisi halaman itu saat ditinggalkan setelah usai kerja untuk hari itu.
#3 BICARAKAN KESALAHAN ANDA DULU SEBELUM MENGKRITIK ORANG LAIN
Nyaris tidak sulit untuk mendengarkan tentang kesalahan kita jika orang yang mengeritik memulai dengan mengakui bahwa dia juga masih jauh dari sempurna.
E.G Dillistone, seorang insinyur di Canada memiliki masalah dengan sekretaris barunya. Surat-surat yang didiktekannya tiba di mejanya untuk ditandatangani dengan dua atau tiga kesalahan eja tiap halaman. Dilistone melaporkan bagaimana dia mengatasi hal ini:
“Seperti kebanyakan insinyur, saya dikenal tidak mempunyai kemampuan bahasa inggris yang baik, atau pengejaan yang baik. Selama bertahun-tahun saya menyimpan satu buku indeks hitam, untuk kata-kata yang saya merasa sulit mengejanya.
Saya mengetahui bahwa dengan semata-mata menunjukkan kesalahan tidak akan membuat sekertaris saya melakukan lebih banyak membaca ulang dan melihat kamus, maka saya memutuskan untuk mengambil pendekatan lain. Ketika surat berikutnya datang pada saya, dengan kesalahan di dalamnya, saya duduk dengan juru ketik itu dan berkata:
“Ah, kata ini kelihatannya tidak tepat. Ini adalah satu kata yang saya pun mengalami kesulitan dengannya. Itulah sebabnya saya mulai memakai buku ejaan ini. [Dilistone membuka buku itu pada halaman yang tepat.] Ya, ini dia.
Saya sangat sadar tentang masalah ejaan saya, karena orang memang menilai kita dengan surat-surat kita, dan salah eja membuat kita kelihatan kurang profesional.”
“Saya tidak tahu apakah dia meniru sistem saya atau tidak, tetapi semenjak pembicaraan itu, frekuensi kesalahan ejanya telah banyak berkurang.”
#4 TAK SEORANGPUN YANG SUKA DIPERINTAH, Ajukan Pertanyaan Sebagai Ganti Memberi Perintah Langsung
Rasa marah yang disebabkan oleh satu perintah yang kurang ajar, mungkin akan berakhir dalam waktu lama, bahkan bila perintah itu diberikan untuk mengoreksi suatu situasi yang jelas memang buruk.
Sebaliknya, mengajukan pertanyaan sebagai ganti perintah membuat orang mudah memperbaiki kesalahannya, mampu menyelamatkan rasa bangga seseorang dan memberinya perasaan penting. Cara ini mendorong semangat kerja sama, bukannya pertentangan.
Orang akan lebih suka menerima perintah bila mereka ikut ambil bagian dalam membuat keputusan yang menyebabkan perintah itu dikeluarkan.
Suatu hari Ian Macdonald dari Johanesburk, seorang manajer umum pada sebuah pabrik kecil menerima pesanan yang sangat besar. Dia yakin bahwa dia tidak akan mampu menepati tanggal pengiriman yang dijanjikan.
Pekerjaan sudah dijadwalkan dalam bengkel tersebut, dan waktu penyelesaiannya yang cukup singkat untuk pesanan ini membuatnya tidak mungkin bisa menerima pesanan tersebut.
Dia tidak mendorong anak buahnya agar mempercepat pekerjaan mereka dan terburu-buru mengerjakan pesanan itu, tetapi dia memanggil mereka semua berkumpul, menjelaskan situasinya, dan menyampaikan kepada mereka betapa besar arti pekerjaan ini untuk perusahaan dan untuk mereka, kalau mereka mampu menyelesaikan pesanan itu tepat waktu.
Kemudian dia mulai mengajukan beberapa pertanyaan dan melakukan brainstormingserta meminta pendapat mereka.
Ternyata para pegawai itu memberi banyak ide dan mendesak dia menerima pesanan itu. Mereka mendekati tugas ini dengan satu sikap “Kita bisa mengerjakannya”, dan pesanan itupun diterima, di produksi dan dikirimkan tepat pada waktunya.
#5 BERI KESEMPATAN ORANG LAIN UNTUK MENYELAMATKAN MUKA
Biarkan orang menyelamatkan muka! Betapa pentingnya hal itu! Dan betapa sedikit dari kita yang pernah berhenti untuk memikirkannya! Kita terus “menabrak” perasaan-perasaan orang lain, menggunakan cara kita sendiri, menemukan kesalahan orang lain, memberi ancaman, mengkritik seorang anak atau seorang pegawai di depan orang lain, bahkan tanpa menimbang rasa terlukanya orang tersebut.
Padahal dengan beberapa menit saja untuk berpikir, satu atau dua kata bijaksana, satu pengertian murni atas sikap orang lain, akan memberi hasil jauh lebih besar untuk meredakan rasa sakit hati! Dua cerita yang bertolak belakang ini mungkin sering kita lihat dalam keseharian kita.
Fred Clark dari Pennsylvania menceritakan sebuah insiden yang terjadi di perusahaannya:
Pada salah satu rapat produksi, seorang wakil presiden mengajukan pertanyaan langsung kepada salah satu supervisor produksi sehubungan dengan salah satu proses produksi. Nada suaranya agresif dan ditujukan untuk memaparkan hasil kerja yang salah dari pihak si supervisor.
Karena tidak ingin dipermalukan di depan rekan-rekannya, sang supervisor menjadi banyak mengelak dalam respon-responnya. Hal ini menyebabkan si wakil presiden jadi hilang sabar, memaki si supervisor dan menuduhnya berdusta.
Hubungan kerja apapun, yang mungkin sudah berlangsung sebelum pertemuan ini akan menjadi hancur dalam waktu singkat. Supervisor ini, yang pada dasarnya adalah seorang pekerja yang baik namun sejak saat itu seolah-olah menjadi seorang yang tidak berguna bagi perusahaan tersebut.
Beberapa bulan kemudian dia keluar dari perusahaan dan pergi bekerja untuk perusahaan saingan, dimana dia melakukan pekerjaan yang bagus di sana.”
Sebaliknya, Anna Mazzone, menceritakan tentang insiden yang sama di tempat kerjanya, tetapi dengan pendekatan dan hasil yang berbeda!
Nona Mazzone, seorang spesialis pemasaran untuk sebuah usaha pengepakan makanan, diberi tugas besar yang pertama, yaitu uji pemasaran terhadap satu produk baru.
Ketika dia menerima hasil tes dari proyek pertamanya itu, ternyata dia melakukan kesalahan serius dalam perencana dan dia tidak mempunyai waktu lagi untuk memperbaikinya karena harus diserahkan dan dilaporkan dalam rapat.
Saat di ruang rapat, dia hanya melaporkan dengan singkat dan meminta maaf atas kesalahannya itu sambil berharap bosnya tidak akan marah dan mempermalukannya di depan banyak peserta rapat.
Namun siapa sangka ternyata sang bos berterima kasih kepada Anna Mazzone atas usahanya dan menyatakan bahwa setiap orang pasti pernah melakukan kesalahan dan dia mempunyai kepercayaan pada Anna Mazzone atas kemampuannya.
Akhirnya Anna meninggalkan ruang rapat dan memiliki ketetapan hati untuk tidak mengecewakan bosnya. Disamping itu dia tidak merasa dipermalukan sama sekali.
Bahkan meskipun kita ternyata benar dan orang lain sudah jelas salah, kita hanya akan menghancurkan kelakuan dengan menyebabkan seseorang kehilangan muka.
#6 BAGAIMANA MEMACU ORANG LAIN MENUJU SUKSES, Pujilah Peningkatan Sekecil Apapun
Jadilah “Tulus Dalam Penerimaan Anda dan Murah Hati Dalam Penghargaan Anda.”
Dalam bukunya, I Ain’t Much, Baby – But I’m All I Got, Psikolog Jess Lair berkomentar: “Pujian itu ibarat sinar mentari yang menghangati semangat manusia; kita tidak bisa berkembang dan tumbuh tanpa pujian.
Buku Charles Dickens mengisahkan, pada awal Abad ke-19, seorang pemuda di London sangat ingin menjadi penulis. Namun segala sesuatunya kelihatan tidak mendukung keinginannya tersebut. Dia tidak dapat bersekolah selama 4 tahun.
Ayahnya masuk penjara karena tidak bisa membayar utang-utangnya, dan pemuda ini sudah sering mengalami rasa sakitnya kelaparan. Akhirnya, dia memperoleh pekerjaan menempelkan label pada botol di gudang yang banyak tikusnya.
Dia hanya mempunyai sangat sedikit rasa percaya diri tentang kemampuannya dalam menulis, sampai-sampai dia menyelinap dan mengirimkan naskah pertamanya pada tengah malam, supaya tidak seorang pun menertawakannya.
Cerita demi cerita ditolak. Akhirnya hari besar itu pun tiba juga, ketika satu ceritanya diterima. Walaupun dia tidak menerima bayaran satu sen pun, namun seorang editor telah memberinya penghargaan dan pujian.
Hatinya begitu tergetar sehingga dia tidak tahan dan berjalan-jalan keluar tanpa tujuan, di jalan-jalan London, dengan air mata yang mengalir turun di pipinya.
Pujian dan penghargaan yang diterimanya melalui satu ceritanya yang diterbitkan itu telah mengubah seluruh hidupnya.
Kalau bukan karena dorongan semangat itu, dia mungkin telah menghabiskan seluruh hidupnya dengan terus bekerja di pabrik yang penuh dengan tikus. Anda mungkin sudah pernah mendengar tentang anak lelaki itu. Ya, namanya Charles Dickens, seorang penulis terkenal.
Kritikan menurunkan semangat dan sebaliknya pujian memperkuat semangat. Hal-hal baik yang dilakukan manusia akan diperkuat, dan hal-hal buruk akan terhenti karena kurangnya perhatian.
#7 BERI ORANG LAIN REPUTASI BAIK UNTUK MEREKA PENUHI
Rata-rata manusia dapat dipimpin dengan mudah kalau Anda mempunyai respek dari mereka, dan Anda memperlihatkan penghargaan atas kemampuan mereka. Pendeknya, kalau Anda ingin meningkatkan seseorang dalam satu hal tertentu, bertindaklah seakan-akan ciri khusus itu sudah merupakan salah satu karakteristik keunggulannya.
Berikan mereka reputasi yang baik untuk dipenuhi, dan mereka akan berusaha sekuat tenaga agar tidak melihat Anda kecewa.
Nyonya Ruth Hopkins, seorang guru kelas empat di Brooklyn, New York bersemangat sekaligus memiliki kecemasan tersendiri dalam memulai semester baru. Dalam kelasnya tahun ini, ternyata dia mendapat murid bernama Tommy T., “Anak nakal” yang terkenal paling nakal di sekolah. Gurunya di kelas tiga mengeluh terus-menerus kepada koleganya tentang ulah Tommy.
Nyonya Hopkins memutuskan untuk menghadapi “masalah Tommy” dengan segera. Ketika dia menyapa murid-murid barunya, dia hanya memberi komentar sedikit kepada masing-masing murid itu: “Rose, cantik sekali baju yang kamu pakai,” “Alicia, saya dengar kamu menggambar bagus sekali.”
Tatkala dia sampai pada Tommy, dia memandang tepat ke matanya dan berkata, “Tommy, saya mengerti kamu berbakat alami menjadi seorang pemimpin.
Saya akan mengandalkanmu untuk membantu saya menjadikan kelas empat ini kelas terbaik,” Dengan reputasi yang harus dipenuhi seperti itu, bahkan seorang anak berumur sembilan tahun tidak mungkin mengecewakannya dan anak itu memang tidak mengecewakan.
#8 BUATLAH KESALAHAN TAMPAK MUDAH DIPERBAIKI
Bermurah hatilah melalui dorongan yang Anda berikan. Jadikan suatu pekerjaan kelihatan mudah dikerjakan dan biarkan orang lain tahu bahwa Anda memiliki kepercayaan bahwa dia mampu serta memiliki bakat yang belum dikembangkan untuk keterampilan itu, kemudian lihatlah, dia akan berlatih sekuat tenaga untuk menjadi semakin unggul.
Charles M. Jones memiliki seorang putera yang mengalami kecelakaan sehingga dia harus dioperasi pada bagian kepala. Oleh karena kecelakaan itu mengakibatkan dia harus tertinggal 2 tahun di bawah teman-teman sekolahnya. Dia duduk di kelas tujuh dan belum dapat menguasai tabel perkalian dan termasuk membaca pun dia mengalami kesulitan.
Namun demikian, dia mempunyai satu hal positif, yaitu dia suka sekali mengutak-atik pesawat radio dan TV. Sang ayah mendorong minatnya itu dan menunjukkan kepada anaknya bahwa dia perlu menguasai bidang matematika agar dapat memaksimalkan minatnya tersebut.
Sang ayah menyiapkan 4 set kartu: perkalian, pembagian, penjumlahan dan pengurangan. Setiap hari sang anak mengalami kemajuan demi kemajuan dan sang ayah selalu memberikan pujian atas setiap keberhasilan kecil yang diraih oleh anaknya itu.
Suatu hari, sang anak pulang ke rumah dengan nilai B dalam ulangan aljabarnya. Kemudian di tahun-tahun sekolahnya, guru sains menugaskannya untuk mengadakan sebuah pameran. Dia memilih untuk mengembangkan serangkaian model-model gambar yang sangat kompleks untuk memperlihatkan efek pengungkit.
Untuk itu diperlukan tidak hanya kemampuan menggambar, tetapi juga matematika terapan. Pameran itu mendapat hadiah pertama dalam perlombaan sains sekolah dan diikutsertakan dalam kompetisi seluruh kota dimana dia memenangkan juara ketiga untuk seluruh kota Cincinnati.
#9 BUAT ORANG LAIN SENANG MENGERJAKAN HAL YANG ANDA SARANKAN
Pemimpin yang efektif seharusnya mengingat petunjuk-petunjuk berikut ini ketika mereka perlu mengubah sikap atau tingkah laku:
Bersikaplah tulus dan jangan janjikan apa pun yang tidak bisa Anda tepati. Lupakan keuntungan bagi diri Anda dan pusatkan keuntungan orang lain. Ketahuilah dengan tepat apa yang sesungguhnya Anda inginkan agar orang lain lakukan.
Bersikap empati dan tanyakan pada diri Anda apa yang diinginkan orang lain. Pertimbangkan keuntungan yang akan diterima orang lain dari mengerjakan apa yang Anda sarankan. Cocokkan keuntungan tersebut dengan keinginan orang lain itu.
Ketika Anda mengajukan permintaan Anda, usahakan dalam bentuk yang akan menimbulkan ide bahwa dia sendiri akan memperoleh manfaat dari mengerjakan hal tersebut.
Bagikan pengalaman kepemimpinan Anda dalam mengatur pekerjaan di kantor atau tempat usaha Anda pada kolom yang tersedia di bawah ini. Bagikan juga setiap informasi kepada rekan-rekan kenalan Anda. Terima kasih! GBU
Sumber Referensi:
- 9 PRINSIP KEPEMIMPINAN DALE CARNEGIE (Bagian 1). Wapannuri.com – https://goo.gl/ezPW2g
- 9 PRINSIP KEPEMIMPINAN DALE CARNEGIE (Bagian 2). Wapannuri.com – https://goo.gl/BtThFZ
- Richard Feloni. 25 Maret 2015. 9 habits of exceptional leaders, according to the classic book ‘How to Win Friends and Influence People – Businessinsider.co.id – https://goo.gl/Mjlpnh
Sumber Gambar:
- Pemimpin – https://goo.gl/ZCVZvd
- Leader – https://goo.gl/ODMA0j
No comments:
Post a Comment